Archive for September 2013
Dari cerita yang banyak beredar tentang
asal usul brownies, konon awalnya ada
seorang koki yang lupa memasukkan
baking powder ke dalam adonan resep
kue coklat. Sehingga setelah dipanggang,
hasilnya kue coklat tidak mengembang
(bantat). Tekstur kue coklat yang
seharusnya tebal, lembut, dan berpori2,
menjadi agak padat dan basah. Inilah
cikal bakal kue brownies yang kita
temukan sekarang.
Nama ”brownies” diambil dari “the deep
brown color of cookie”. Brownies punya
ciri khas warna cokelat tua kehitaman.
Cerita lain yang beredar tentang asal
muasal kue coklat nan lezat ini, ada
seorang pemuda pembuat kue yang
sedang mengalami krisis keuangan. Dia
mempunyai seorang teman yang setiap
pagi akan menjualkan kue2 buatannya.
Pada hari itu, pemuda berencana
membuat kue coklat, dan dibelinyalah
bahan2 untuk kue coklat. Semalaman ia
berkutat untuk membuat kue coklat nan
lezat seperti tertera dalam resep kue
coklat itu. Dan baru selesai jam 4 pagi.
Tapi pemuda tersebut sangat kecewa
dengan hasil akhir kue coklatnya yang
berbeda hasilnya dengan yang
disebutkan di dalam resep. Uangnya pun
sudah habis untuk modal membuat kue
lainnya. Teman si pemuda datang pagi-
pagi seperti biasanya, dan dia mengira
kue coklat bantat yang telah jadi, adalah
kue untuk dijualnya hari itu. Tanpa
sepengetahuan pemuda, temannya tetap
pergi menjual kue-kue tadi. Para
pelanggan sangat surprise dengan kue
coklat hari itu, mereka mengira kue
tersebut adalah resep baru. Banyak yang
memesan untuk keesokan harinya. Dan
selamatlah pemuda tersebut dari
kebangkrutan karena banyak yang
memesan kuenya.
Tidak hanya ada dua atau tiga cerita
tentang asal usul brownies. Tapi
bagaimanapun ceritanya, tentu tak akan
mengurangi kesukaan kita untuk
memebuat atau mengkonsumsi
brownies.
Brownies diperkirakan berasal dari
Amerika Serikat. Pertama kali
dipublikaskan tahun 1897. Brownies
dikenal sebagai cake panggang lembut
berbentuk kotak yang kaya akan coklat.
Lalu beberapa waktu kemudian resepnya
dimodifikasi lagi dengan penambahan
telur dan coklat batangan.
Sekarang brownies sudah dimodifikasi
menjadi bermacam-macam rasa dengan
penambahan bahan-bahan seperti keju,
strawberry, blueberry, kacang, kopi, dan
lain-lain. Juga cara pembuatannya yang
sekarang tidak hanya dibakar ate dioven,
tetapi juga bisa dikukus, bahkan ada
brownies yang tidak perlu dimasak sama
sekali, karena bahan-bahannya sudah
siap makan, seperti wafer dan susu
kental manis.
asal usul brownies, konon awalnya ada
seorang koki yang lupa memasukkan
baking powder ke dalam adonan resep
kue coklat. Sehingga setelah dipanggang,
hasilnya kue coklat tidak mengembang
(bantat). Tekstur kue coklat yang
seharusnya tebal, lembut, dan berpori2,
menjadi agak padat dan basah. Inilah
cikal bakal kue brownies yang kita
temukan sekarang.
Nama ”brownies” diambil dari “the deep
brown color of cookie”. Brownies punya
ciri khas warna cokelat tua kehitaman.
Cerita lain yang beredar tentang asal
muasal kue coklat nan lezat ini, ada
seorang pemuda pembuat kue yang
sedang mengalami krisis keuangan. Dia
mempunyai seorang teman yang setiap
pagi akan menjualkan kue2 buatannya.
Pada hari itu, pemuda berencana
membuat kue coklat, dan dibelinyalah
bahan2 untuk kue coklat. Semalaman ia
berkutat untuk membuat kue coklat nan
lezat seperti tertera dalam resep kue
coklat itu. Dan baru selesai jam 4 pagi.
Tapi pemuda tersebut sangat kecewa
dengan hasil akhir kue coklatnya yang
berbeda hasilnya dengan yang
disebutkan di dalam resep. Uangnya pun
sudah habis untuk modal membuat kue
lainnya. Teman si pemuda datang pagi-
pagi seperti biasanya, dan dia mengira
kue coklat bantat yang telah jadi, adalah
kue untuk dijualnya hari itu. Tanpa
sepengetahuan pemuda, temannya tetap
pergi menjual kue-kue tadi. Para
pelanggan sangat surprise dengan kue
coklat hari itu, mereka mengira kue
tersebut adalah resep baru. Banyak yang
memesan untuk keesokan harinya. Dan
selamatlah pemuda tersebut dari
kebangkrutan karena banyak yang
memesan kuenya.
Tidak hanya ada dua atau tiga cerita
tentang asal usul brownies. Tapi
bagaimanapun ceritanya, tentu tak akan
mengurangi kesukaan kita untuk
memebuat atau mengkonsumsi
brownies.
Brownies diperkirakan berasal dari
Amerika Serikat. Pertama kali
dipublikaskan tahun 1897. Brownies
dikenal sebagai cake panggang lembut
berbentuk kotak yang kaya akan coklat.
Lalu beberapa waktu kemudian resepnya
dimodifikasi lagi dengan penambahan
telur dan coklat batangan.
Sekarang brownies sudah dimodifikasi
menjadi bermacam-macam rasa dengan
penambahan bahan-bahan seperti keju,
strawberry, blueberry, kacang, kopi, dan
lain-lain. Juga cara pembuatannya yang
sekarang tidak hanya dibakar ate dioven,
tetapi juga bisa dikukus, bahkan ada
brownies yang tidak perlu dimasak sama
sekali, karena bahan-bahannya sudah
siap makan, seperti wafer dan susu
kental manis.
Dari cerita yang banyak beredar tentang
asal usul brownies, konon awalnya ada
seorang koki yang lupa memasukkan
baking powder ke dalam adonan resep
kue coklat. Sehingga setelah dipanggang,
hasilnya kue coklat tidak mengembang
(bantat). Tekstur kue coklat yang
seharusnya tebal, lembut, dan berpori2,
menjadi agak padat dan basah. Inilah
cikal bakal kue brownies yang kita
temukan sekarang.
Nama ”brownies” diambil dari “the deep
brown color of cookie”. Brownies punya
ciri khas warna cokelat tua kehitaman.
Cerita lain yang beredar tentang asal
muasal kue coklat nan lezat ini, ada
seorang pemuda pembuat kue yang
sedang mengalami krisis keuangan. Dia
mempunyai seorang teman yang setiap
pagi akan menjualkan kue2 buatannya.
Pada hari itu, pemuda berencana
membuat kue coklat, dan dibelinyalah
bahan2 untuk kue coklat. Semalaman ia
berkutat untuk membuat kue coklat nan
lezat seperti tertera dalam resep kue
coklat itu. Dan baru selesai jam 4 pagi.
Tapi pemuda tersebut sangat kecewa
dengan hasil akhir kue coklatnya yang
berbeda hasilnya dengan yang
disebutkan di dalam resep. Uangnya pun
sudah habis untuk modal membuat kue
lainnya. Teman si pemuda datang pagi-
pagi seperti biasanya, dan dia mengira
kue coklat bantat yang telah jadi, adalah
kue untuk dijualnya hari itu. Tanpa
sepengetahuan pemuda, temannya tetap
pergi menjual kue-kue tadi. Para
pelanggan sangat surprise dengan kue
coklat hari itu, mereka mengira kue
tersebut adalah resep baru. Banyak yang
memesan untuk keesokan harinya. Dan
selamatlah pemuda tersebut dari
kebangkrutan karena banyak yang
memesan kuenya.
Tidak hanya ada dua atau tiga cerita
tentang asal usul brownies. Tapi
bagaimanapun ceritanya, tentu tak akan
mengurangi kesukaan kita untuk
memebuat atau mengkonsumsi
brownies.
Brownies diperkirakan berasal dari
Amerika Serikat. Pertama kali
dipublikaskan tahun 1897. Brownies
dikenal sebagai cake panggang lembut
berbentuk kotak yang kaya akan coklat.
Lalu beberapa waktu kemudian resepnya
dimodifikasi lagi dengan penambahan
telur dan coklat batangan.
Sekarang brownies sudah dimodifikasi
menjadi bermacam-macam rasa dengan
penambahan bahan-bahan seperti keju,
strawberry, blueberry, kacang, kopi, dan
lain-lain. Juga cara pembuatannya yang
sekarang tidak hanya dibakar ate dioven,
tetapi juga bisa dikukus, bahkan ada
brownies yang tidak perlu dimasak sama
sekali, karena bahan-bahannya sudah
siap makan, seperti wafer dan susu
kental manis.
asal usul brownies, konon awalnya ada
seorang koki yang lupa memasukkan
baking powder ke dalam adonan resep
kue coklat. Sehingga setelah dipanggang,
hasilnya kue coklat tidak mengembang
(bantat). Tekstur kue coklat yang
seharusnya tebal, lembut, dan berpori2,
menjadi agak padat dan basah. Inilah
cikal bakal kue brownies yang kita
temukan sekarang.
Nama ”brownies” diambil dari “the deep
brown color of cookie”. Brownies punya
ciri khas warna cokelat tua kehitaman.
Cerita lain yang beredar tentang asal
muasal kue coklat nan lezat ini, ada
seorang pemuda pembuat kue yang
sedang mengalami krisis keuangan. Dia
mempunyai seorang teman yang setiap
pagi akan menjualkan kue2 buatannya.
Pada hari itu, pemuda berencana
membuat kue coklat, dan dibelinyalah
bahan2 untuk kue coklat. Semalaman ia
berkutat untuk membuat kue coklat nan
lezat seperti tertera dalam resep kue
coklat itu. Dan baru selesai jam 4 pagi.
Tapi pemuda tersebut sangat kecewa
dengan hasil akhir kue coklatnya yang
berbeda hasilnya dengan yang
disebutkan di dalam resep. Uangnya pun
sudah habis untuk modal membuat kue
lainnya. Teman si pemuda datang pagi-
pagi seperti biasanya, dan dia mengira
kue coklat bantat yang telah jadi, adalah
kue untuk dijualnya hari itu. Tanpa
sepengetahuan pemuda, temannya tetap
pergi menjual kue-kue tadi. Para
pelanggan sangat surprise dengan kue
coklat hari itu, mereka mengira kue
tersebut adalah resep baru. Banyak yang
memesan untuk keesokan harinya. Dan
selamatlah pemuda tersebut dari
kebangkrutan karena banyak yang
memesan kuenya.
Tidak hanya ada dua atau tiga cerita
tentang asal usul brownies. Tapi
bagaimanapun ceritanya, tentu tak akan
mengurangi kesukaan kita untuk
memebuat atau mengkonsumsi
brownies.
Brownies diperkirakan berasal dari
Amerika Serikat. Pertama kali
dipublikaskan tahun 1897. Brownies
dikenal sebagai cake panggang lembut
berbentuk kotak yang kaya akan coklat.
Lalu beberapa waktu kemudian resepnya
dimodifikasi lagi dengan penambahan
telur dan coklat batangan.
Sekarang brownies sudah dimodifikasi
menjadi bermacam-macam rasa dengan
penambahan bahan-bahan seperti keju,
strawberry, blueberry, kacang, kopi, dan
lain-lain. Juga cara pembuatannya yang
sekarang tidak hanya dibakar ate dioven,
tetapi juga bisa dikukus, bahkan ada
brownies yang tidak perlu dimasak sama
sekali, karena bahan-bahannya sudah
siap makan, seperti wafer dan susu
kental manis.
Dari cerita yang banyak beredar tentang
asal usul brownies, konon awalnya ada
seorang koki yang lupa memasukkan
baking powder ke dalam adonan resep
kue coklat. Sehingga setelah dipanggang,
hasilnya kue coklat tidak mengembang
(bantat). Tekstur kue coklat yang
seharusnya tebal, lembut, dan berpori2,
menjadi agak padat dan basah. Inilah
cikal bakal kue brownies yang kita
temukan sekarang.
Nama ”brownies” diambil dari “the deep
brown color of cookie”. Brownies punya
ciri khas warna cokelat tua kehitaman.
Cerita lain yang beredar tentang asal
muasal kue coklat nan lezat ini, ada
seorang pemuda pembuat kue yang
sedang mengalami krisis keuangan. Dia
mempunyai seorang teman yang setiap
pagi akan menjualkan kue2 buatannya.
Pada hari itu, pemuda berencana
membuat kue coklat, dan dibelinyalah
bahan2 untuk kue coklat. Semalaman ia
berkutat untuk membuat kue coklat nan
lezat seperti tertera dalam resep kue
coklat itu. Dan baru selesai jam 4 pagi.
Tapi pemuda tersebut sangat kecewa
dengan hasil akhir kue coklatnya yang
berbeda hasilnya dengan yang
disebutkan di dalam resep. Uangnya pun
sudah habis untuk modal membuat kue
lainnya. Teman si pemuda datang pagi-
pagi seperti biasanya, dan dia mengira
kue coklat bantat yang telah jadi, adalah
kue untuk dijualnya hari itu. Tanpa
sepengetahuan pemuda, temannya tetap
pergi menjual kue-kue tadi. Para
pelanggan sangat surprise dengan kue
coklat hari itu, mereka mengira kue
tersebut adalah resep baru. Banyak yang
memesan untuk keesokan harinya. Dan
selamatlah pemuda tersebut dari
kebangkrutan karena banyak yang
memesan kuenya.
Tidak hanya ada dua atau tiga cerita
tentang asal usul brownies. Tapi
bagaimanapun ceritanya, tentu tak akan
mengurangi kesukaan kita untuk
memebuat atau mengkonsumsi
brownies.
Brownies diperkirakan berasal dari
Amerika Serikat. Pertama kali
dipublikaskan tahun 1897. Brownies
dikenal sebagai cake panggang lembut
berbentuk kotak yang kaya akan coklat.
Lalu beberapa waktu kemudian resepnya
dimodifikasi lagi dengan penambahan
telur dan coklat batangan.
Sekarang brownies sudah dimodifikasi
menjadi bermacam-macam rasa dengan
penambahan bahan-bahan seperti keju,
strawberry, blueberry, kacang, kopi, dan
lain-lain. Juga cara pembuatannya yang
sekarang tidak hanya dibakar ate dioven,
tetapi juga bisa dikukus, bahkan ada
brownies yang tidak perlu dimasak sama
sekali, karena bahan-bahannya sudah
siap makan, seperti wafer dan susu
kental manis.
asal usul brownies, konon awalnya ada
seorang koki yang lupa memasukkan
baking powder ke dalam adonan resep
kue coklat. Sehingga setelah dipanggang,
hasilnya kue coklat tidak mengembang
(bantat). Tekstur kue coklat yang
seharusnya tebal, lembut, dan berpori2,
menjadi agak padat dan basah. Inilah
cikal bakal kue brownies yang kita
temukan sekarang.
Nama ”brownies” diambil dari “the deep
brown color of cookie”. Brownies punya
ciri khas warna cokelat tua kehitaman.
Cerita lain yang beredar tentang asal
muasal kue coklat nan lezat ini, ada
seorang pemuda pembuat kue yang
sedang mengalami krisis keuangan. Dia
mempunyai seorang teman yang setiap
pagi akan menjualkan kue2 buatannya.
Pada hari itu, pemuda berencana
membuat kue coklat, dan dibelinyalah
bahan2 untuk kue coklat. Semalaman ia
berkutat untuk membuat kue coklat nan
lezat seperti tertera dalam resep kue
coklat itu. Dan baru selesai jam 4 pagi.
Tapi pemuda tersebut sangat kecewa
dengan hasil akhir kue coklatnya yang
berbeda hasilnya dengan yang
disebutkan di dalam resep. Uangnya pun
sudah habis untuk modal membuat kue
lainnya. Teman si pemuda datang pagi-
pagi seperti biasanya, dan dia mengira
kue coklat bantat yang telah jadi, adalah
kue untuk dijualnya hari itu. Tanpa
sepengetahuan pemuda, temannya tetap
pergi menjual kue-kue tadi. Para
pelanggan sangat surprise dengan kue
coklat hari itu, mereka mengira kue
tersebut adalah resep baru. Banyak yang
memesan untuk keesokan harinya. Dan
selamatlah pemuda tersebut dari
kebangkrutan karena banyak yang
memesan kuenya.
Tidak hanya ada dua atau tiga cerita
tentang asal usul brownies. Tapi
bagaimanapun ceritanya, tentu tak akan
mengurangi kesukaan kita untuk
memebuat atau mengkonsumsi
brownies.
Brownies diperkirakan berasal dari
Amerika Serikat. Pertama kali
dipublikaskan tahun 1897. Brownies
dikenal sebagai cake panggang lembut
berbentuk kotak yang kaya akan coklat.
Lalu beberapa waktu kemudian resepnya
dimodifikasi lagi dengan penambahan
telur dan coklat batangan.
Sekarang brownies sudah dimodifikasi
menjadi bermacam-macam rasa dengan
penambahan bahan-bahan seperti keju,
strawberry, blueberry, kacang, kopi, dan
lain-lain. Juga cara pembuatannya yang
sekarang tidak hanya dibakar ate dioven,
tetapi juga bisa dikukus, bahkan ada
brownies yang tidak perlu dimasak sama
sekali, karena bahan-bahannya sudah
siap makan, seperti wafer dan susu
kental manis.
Berbicara soal pegunungan Himalaya, maka kita tak bisa lepas dari sosok makhluk misterius bernama Yeti. Meski keberadaannya masih diragukan, namun penduduk desa di Himalaya dan para pemburu di sana percaya Yeti adalah penghuni di pegunungan Hilamaya.
Yeti atau manusia salju yang menakutkan adalah sejenis primata besar yang menyerupai manusia yang menghuni wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet. Nama Yeti dan Meh-Teh umumnya digunakan secara luas oleh masyarakat di wilayah tersebut, dan dianggap sebagai kisah sejarah dan mitos yang masih misterius. Orang-orang Nepal juga menyebutnya “Bonmanche” yang berarti “manusia liar” atau “Kanchanjunga rachyyas” yang berarti “Iblis Kanchanjunga.”
Yeti atau manusia salju yang menakutkan adalah sejenis primata besar yang menyerupai manusia yang menghuni wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet. Nama Yeti dan Meh-Teh umumnya digunakan secara luas oleh masyarakat di wilayah tersebut, dan dianggap sebagai kisah sejarah dan mitos yang masih misterius. Orang-orang Nepal juga menyebutnya “Bonmanche” yang berarti “manusia liar” atau “Kanchanjunga rachyyas” yang berarti “Iblis Kanchanjunga.”
Tahun 1832, makhluk misterius ini pertama kali mencuat ke dunia. Ketika itu perwakilan Inggris yang berada di Nepal bernama B.H. Hodgson mengaku pernah bertemu makhluk dengan ciri-ciri fisik berbulu hitam tidak berekor dan berjalan tegak.
Ratusan tahun berselang pada 1951, pendaki Inggris bernama Eric Shipton bahkan mensiarkan foto-foto jejak kaki Yeti. Jejak kaki itu panjangnya 13 inci dengan lebar 8 inci. Mulai itulah nama Yeti mulai terkenal di dunia.
Penduduk desa di Himalaya dan para pemburu setempat menyebutkan kalau mahluk itu pandai menyembunyikan diri, hal itu karena habitatnya terletak jauh dari jalur manusia.
Para pemburu di Himalaya mengatakan bahwa Yeti bukan manusia, dan mereka juga tidak tinggal di zona bersalju. Tempat tinggalnya adalah hutan Himalaya yang paling tinggi, dalam kelebatan yang nyaris tak tertembus. Di sana mahluk ini terkenal bergerak menggunakan keempat anggota badan atau berayun dan pohon ke pohon.
Para pemburu di Himalaya mengatakan bahwa Yeti bukan manusia, dan mereka juga tidak tinggal di zona bersalju. Tempat tinggalnya adalah hutan Himalaya yang paling tinggi, dalam kelebatan yang nyaris tak tertembus. Di sana mahluk ini terkenal bergerak menggunakan keempat anggota badan atau berayun dan pohon ke pohon.
Kalau mahluk ini berkelana ke zona bersalju, tempat pendaki gunung mungkin melihatnya atau melihat jejak kakinya, mahluk ini berjalan tegak dengan gaya yang canggung. Sherpa, penduduk asli di Nepal menduga bahwa alasan mahluk ini melintasi ladang bersalju adalah mencari lumut yang mengandung garam yang tumbuh di batu moraine. Ilmuan Inggris, Ivan Sanderson mengatakan bahwa mahluk itu bukan mencari lumut melainkan lumut kerak, yang kaya dalam gizi.
Akhir tahun 2007 lalu, sekelompok penjelajah, mengatakan telah menemukan bukti baru mengenai keberadaan mahluk Yeti di Himalaya Nepal, sehingga timbul kehebohan baru di antara mereka yang percaya bahwa mahluk salju itu benar-benar ada.
Akhir tahun 2007 lalu, sekelompok penjelajah, mengatakan telah menemukan bukti baru mengenai keberadaan mahluk Yeti di Himalaya Nepal, sehingga timbul kehebohan baru di antara mereka yang percaya bahwa mahluk salju itu benar-benar ada.
Para penjelajah dari serial “Destination Truth”, mengatakan mereka menemukan tapak-tapak kaki Yeti ketika mencoba mengungkap misteri itu untuk film dokumenter televisi. “Kami membawa tapak-tapak kaki ini ke Amerika Serikat untuk dianalisa lebih lanjut,” kata Josh Gates, pembawa acara serial tersebut kepada Deutsche Presse-Agentur di Kathmandu.
Salah satu tapak yang diperlihatkan Gates terdiri dari satu kaki utuh yang besarnya hampir dua kali ukuran tapak kaki manusia. Para penjelajah itu mengatakan mahluk tersebut tingginya bisa sampai 2,4 meter.
Menurut Gates, tapak kaki itu ditemukan di suatu daerah terpencil yang tidak ditinggali manusia yang jaraknya tiga hari berjalan kaki dari Lukla, daerah yang jauhnya sekitar 250 kilometer arah barat laut dari ibu kota Nepal, Kathmandu. Banyak orang Nepal Himalaya dan Tibet percaya bahwa makhluk itu ada, meskipun bukti pastinya masih belum terungkap.
Bukti-bukti yang pernah diajukan seperti tengkorak dan pecahan tulang sudah ditolak para ahli yang menyebut tulang itu adalah tulang hewan. “Ada banyak orang yang Himalaya yang punya pengalaman sejati, dan saya tidak tahu bagaimana caranya agar kami bisa memasukkan semua saksi mata,” kata Gates.
Bagi Gates dan timnya, penemuan itu merupakan suatu yang tidak terduga, setelah mereka berkeliling ke puluhan negara demi mencari mahluk-mahluk sejenis Yeti. “Berbicara dengan penduduk setempat tentang penampakan yang mereka lihat dan menemukan sepotong bukti, meskipun bukan bukti nyata yang menyakinkan, adalah hal yang menggairahkan,” kata Gates.